Menulis Cerita Anak untuk Lomba, Cek Tips Suksesnya!

Daftar Isi
Menulis cerita anak susahnya minta ampun karena banyak faktor yang mesti dipertimbangkan sebelum penulisan, saat menulis, hingga media publish. Eits, tunggu dulu! 

Hal ini bisa jadi benar jika sobat belum membaca artikel tentang cerita anak di 5 Hal Penting Sebelum Belajar Menulis Cerita Anak dan artikel lainnya yang mudah-mudahan dapat menyederhanakan pembahasan rumit terkait hal menulis cerita anak ini, ya!

Nah, sobat, kali ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang menulis cerita anak untuk lomba. Ya, menulis cerita anak untuk keperluan lomba memang harus taat sejumlah pakem yang sudah disepakati panitia. Nggak bisa sesuka hati. Mencoba mengirim tidak sesuai instruksi, ambyarlah hati yang bahkan tidak lolos seleksi administrasi.

Sukses Menulis Cerita Anak untuk Lomba


pemenang lomba menulis cerita anak


Yuk, kita ikuti pembahasan lengkapnya, lebih-lebih bagi sahabat yang selalu semangat mengikuti lomba. Katanya, kans akan selalu ada bagi individu yang mencoba. Jika takut sejak awal, peluang besar pun bisa hilang.

Patuhi juknis


Masing-masing lomba memang menyediakan juknis yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, beberapa tahun yang lalu, juknis berbicara tentang novel anak, sedangkan beberapa tahun ini, juknis telah beralih ke penulis buku bergambar (picture book).

Mematuhi juknis adalah separuh dari kemenangan, lo. Jika seleksi ini saja seorang penulis cerita anak tidak lulus, bagaimana mungkin bisa beralih ke tahap selanjutnya.

Pahami betul juknis yang diberikan. Boleh di-print untuk memudahkan pemahaman lebih detail dan bisa pula mendiskusikan strategi memenangkan lomba dengan teman, tentunya sambil menjelaskan jukni yang ada.

Jangan mengirim naskah di akhir pengiriman


Saya pernah beberapa kali mengirimkan naskah di detik terakhir, bahkan pernah benar-benar d garis batas, yakni 23.59 WIB. Alhamdulillah, naskah tersebut masih dapat diterima tim juri.

Namun ini adalah spekulasi yang tidak boleh dibiasakan. Bisa jadi itu rezeki sang pengirim, bisa jadi malah jadi boomerang. Misalnya, saat hendak mengirim koneksi internet terputus. Gawat! Apalagi artikel lombanya sudah ditulis dengan semaksimal mungkin.

Saya pernah gagal mengikuti lomba sebab jaringan internet yang terputus saat sedang proses mengirimkan naskah. Tiba-tiba saja di detik terakhirnya, atasan menelepon, ambyarlah sudah cita-cita memenangkah lomba.

Temukan ide yang tak biasa


temukan ide menulis tak biasa


Memang banyak ide di sana-sini, ya, sob. Namun ide itu bisa jadi sudah sama dengan penulis kebanyakan bahkan buku yang sudah terbit. Oleh sebab itu jika sudah punya ide di awal jangan langsung dieksekusi. Sobat bisa mengendapkan naskah itu terlebih dahulu, kok.

Pengendapan yang dilakukan bisa dengan membaca buku anak lainnya yang setema dengan calon ide sobat. Bisa pula dengan membaca artikel nonfiksi. Nggak ada batasan sebenarnya terkait hal ini kok.

Sobat bisa melakukan pengendapan ini selama beberapa waktu. Meski demikian, tidak disarankan terlalu lama, ya. Hal ini justru bisa membuat ide tulisan sahabat jadi basi, sehingga malah kehilangan mood untuk menyelesaikan cerita.

Belajar dari karya pemenang sebelumnya


Nggak jarang jika lomba yang diselenggarakan adalah pengulangan dari lomba tahun sebelumnya. Bisa jadi juga ada penambahan atau pengurangan sedikit banyak dalam poin-poinnya.

Biasanya, karya pemenang dimuat di website resmi penyelenggara atau web khusus yang memang disediakan untuk diunduh gratis. Jadi, sobat bisa memanfaatkan fasilitas ini untuk belajar dari karya pemenang sebelumnya, lo.

Jangan sampai melewatkan hal ini karena belajar dari karya pemenang lomba bisa membawa kita pada gambaran naskah seperti apa yang layak kita tulis. Bisa jadi kita mendapat ide dari tulisan para pemenan ini, lo.

Belajar dari kelas dan mentor sekaligus juri


belajar menulis dari mentor


Dari media sosial, kita bisa mengetahui mentor sekaligus juri yang sering membuka kelas menulis, sebut saja Kang Alee Ali Muakhir, Kang Benny Rhamdani, Mbak Nurhayati Pujiastuti, dan masih banyak lainnya. Jika dahulu, di awal menjejaki dunia kepenulisan, sepertinya sangat sulit menemukan kelas yang dimentori beliau-beliau ini.

Bagi sobat penulis yang baru memulai jejak kepenulisan cerita anak, jangan sungkan untuk mendaftar di kelas yang diampu para senior yang turun gunung ini.

Meski memang tak bisa dipungkiri bahwa kelas menulis seperti ini bisa menguras agak banyak isi dompet.

Saya pernah mengikuti kelas-kelas mereka. Hemat saya, biaya yang dikeluarkan itu sebanding kok dengan keuntungan yang kita dapat dengan mengikuti kelas.

Meski demikian, ada baiknya sobat memperhatikan 5 Tips Ampuh Memilih Kelas Menulis Cerita Anak Berkualitas ini dahulu agar lebih yakin sebelum memutuskan untuk mengikuti kelas, ya.

Nah, sobat, demikian cara menulis cerita anak untuk lomba, cek tips suksesnya dalam artikel ini, ya. Jangan ragu untuk memulai langkah menjadi penulis cerita anak, bahkan hingga mengikuti lomba. 

Semua penulis punya peluang untuk memenangkan lomba, kok. Yuk, bagikan pengalaman berharga sobat terkait mengikuti lomba menulis cerita anak! (*)

Karunia Sylviany Sambas
Karunia Sylviany Sambas Saya adalah seorang tenaga kesehatan yang suka menulis, membaca dan mempelajari hal-hal baru. Alamat surel: karuniasylvianysambas@gmail.com

3 komentar

Comment Author Avatar
4 Maret 2024 pukul 05.21 Hapus
Memang susah sih nyari ide buat nulis cerita anak.
Buat ceritain anak sebelum bobok juga susah.
Jadinya ngejawab pertanyaan anak aja sebelum bobok.
Mbanya lagi ikut lomba nulis cerita anak ya?
Semoga dapat ide brilian ya dan menang. 😊
Comment Author Avatar
4 Maret 2024 pukul 08.57 Hapus
Wiih kang Ali emang keren kak. Bukunya jadi rujukan lomba yang mau awak ikuti.
Btw dulu pas masih punya anak 2 ikut lomba nulis cerita di FB dari susu gitu. Kirim cerita, dan menang. Sayangnya gak jadi menang karena telpon gak keangkat saat mereka mau konfirm. Hiksss sedih.
Eh gak deh. Berarti belum rezeki.
Comment Author Avatar
11 Maret 2024 pukul 00.42 Hapus
Wah...menulis cerita anak gampang-gampang susah nih. Kita harus benar-benar mengerti psikologi dan karakter anak biar cerita kita bisa "klik" denngan mereka