Perhatikan 3 Kesalahan Menulis Cerita Anak, Jangan Sampai Abai!

Daftar Isi
Hari ini bertepatan dengan hari pesta rakyat, 14 Februari 2024. Masing-masing pasangan calon sudah menyelesaikan lima agenda debat dalam menyampaikan visi dan misi demi Indonesia yang lebih baik di masa mendatang.

Kita, rakyat Indonesia diharapkan keikutsertaannya dalam pemilu. Karena jejak kebaikan kita di masa sekarang akan menentukan lima tahun mendatang masa depan Indonesia. Sebaiknya, jangan enggak untuk melangkah menuju Indonesia lebh baik, Yuk, ke TPS!

Menulis Jejak Kebaikan, Bagaimana Ungkapan Elegan Penulis



menulis-jejak-kebaikan



Berikut tips ala blogger pencinta dunia cerita anak saat memilih para wakil rakyat di pemerintahan.

1. Dari debat, dari sekitar, kita bisa melihat manfaat


Siapa yang sarat manfaat? Kita bisa membandingkan paslon yang memberikan pendapat. Sebagai manusia yang senantiasa diminta berpikir, kita akan mencerna, mengolah hingga dapat menghasilkan keputusan siapa yang terbaik dari yang baik.

Masing-masing paslon pasti mengusung banyak kebaikan untuk Indonesia. Namun di antara yang banyak tersebut, kita bisa menilai kebaikan mana yang saat ini urgensi untuk segera ditindaklanjuti.

2. Bukan sekadar info sesaat yang melekat di layar scrolling


Saat scrolling kita bisa saja melihat potongan berita atau video. Yuk lebih cerdas memutuskan dengan menari sumber valid atau lengkap video tersebut.

Zaman serba digital membuat infomasi bisa tersebar dalam tempo secepat mungkin. Entah asli dari sumber data atau telah melalui proses editing sana-sini.

Jangan lantas memutuskan ketika satu berita lewat, eh nahasnya malah menyebarkan informasi kepada pihak keluarga yang bisa jadi belum banyak terpapar informasi. Bisa-bisa tindakan kita semacam provokator padahal data yang tersaji belumlah pasti.

3. Boleh menyebar dengan data tervalidasi


Yes, ungkapan saring sebelum sharing itu benar adanya. Jangan segala informasi yang didapat lantas dibagikan. Kita bisa jadi agen kebaikan, bisa pula sebaliknya.

Boleh banget kita sharing, malah itu amal jariah yang bisa kita tuai nanti hasilnya di kehidupan selanjutnya, tetapi jika itu adalah sebuah hal buruk yang bisa jadi memperngaruhi sekelompok orang yang belum terpapar informasi valid, itu bukan tindakan bijak, ya.

Jangan Lupakan 3 Poin Ini Agar Tak Sulit Menulis Cerita Anak


tip-sebelum-menulis-cerita-anak


Pembahasan sebelumnya sudah menekankan pada ternyata menulis cerita anak itu tidak sesulit yang dibayangkan, ya. Bahkan sobat sudah disuguhi bagaimana tips ampuh memilih kelas menulis cerita anak berkualitas agar bisa belajar menulis cerita anak secara terstruktur.

Let's do it! 

Selanjutnya, kita akan mengetahui kesalahan apakah yang sering dilakukan seorang penulis cerita anak pendatang baru. Mengapa karya yang ia tuliskan tak juga mampu membuka pintu kesempatan untuk dimuat di media.

1. Tema cerita anak 


Memang banyak perkara rumit di keseharian ini yang bisa diangkat untuk kemudian disederhanakan menjadi cerita anak. 

Misalnya, tentang pemilu hari ini. Anak bisa dilatih untuk mengenal pemilu dengan cara yang sederhana untuk mengenal pemilu.

Kita bisa, lo, memeriahkan pesta rakyat hari ini dengan menulis cerita anak bertema pemilihan. Konsepnya sederhana saja, bisa jadi ide pemilihan ketua kelas, ketua kelompok, bahkan diskusi mengerjakan tugas.

Nggak perlu menulis dengan bahasa berat khas informasi pemilu, ya, kan? Kita cukup mengambil inti sari pesta demokrasi ini lalu sampaikan kepada anak lewat cerita anak dengan cara yang menyenangkan. Bukankah tema menulis cerita anak itu bisa kita ambil dari mana saja?

Namun tak semua tema tepat bagi cerita anak, lo. Janganlah sampai seorang penulis cerita anak menuliskan cerita anak yang bertema pemilu dengan dalam arti sesungguhnya. Anak akan lebih lama mencerna pesan yang ingin disampaikan.

2. Panjang kata yang tidak tepat


Bahkan dalam penjenjangan, jumlah kata ini memegang peranan sangat penting, ya, Sob! Anak rentang usia sekian, mesti disuguhi cerita dengan jumlah kata sekian. Ini ada ketentuan yang tidak bisa diabaikan karena lagi-lagi terkait dengan kemampuannya dalam menyerap transfer informasi yang diberikan.

3. Tidak menyenangi dunia anak


menyenangi-dunia-anak


Menulis cerita anak memang butuh keahlian khusus, seperti yang disampaikan oleh Kang Ali Muakhir, seorang penulis cerita anak senior. 

Apabila seseorang mencintai dunia anak otomatis ia akan mengenal lebih dalam apa saja yang terkait dengan kecintaan tersebut. 

Menulis cerita anak membutuhkan keahlian dalam pemahaman seperti apa dunia anak psikologis, dan kebutuhan anak. Seorang penulis cerita anak yang sudah ahli dalam hal ini akan mampu menyisipkan pesan dalam setiap cerita.

Perihal ini dilakukan secara hati-hati dan tidak boleh sembarangan. Jangan sampai anak yang pemahamannya masih begitu minum justru menangkap berbeda pesan apa yang ingin disampaikan penulis.

Penutup


Meski terlihat rumit, menulis cerita anak tak sulit asalkan kita sudah terbiasa mengingat poin-poin apa yang harus ada dan poin-poin apa pula yang dihindari.

Yuk, ah kita siap-siap ke TPS. Kita ramaikan pesta demokrasi hari ini. Bukankah hari ini kita telah diberikan liburan dari aktivitas kantor, demi fokus pesta acara ini?

Jangan lupa berdoa, semoga Allah swt. Mudahkan kita dalam mengambil keputusan dalam memilih pemimpin yang lebih banyak membawa kemaslahatan. (*)

Referensi:
  • https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-1542282/menulis-bacaan-untuk-anak-tak-bisa-sembarangan
Karunia Sylviany Sambas
Karunia Sylviany Sambas Saya adalah seorang tenaga kesehatan yang suka menulis, membaca dan mempelajari hal-hal baru. Alamat surel: karuniasylvianysambas@gmail.com

Posting Komentar