Tips Menulis Cerita Anak untuk Lomba

Daftar Isi
Alhamdulillah, ramadan tiba, ramadan tiba. Saya sengaja membuka artikel hari ini dengan penggalan sebuah lirik lagu. Apa hubungannya dengan tips menulis untuk lomba cerita anak yang akan saya uraikan? Hehehe, tentu ada hubungannya. Bukankah menulis cerita anak adalah salah satu sarana kita mengumpulkan amal kebaikan lewat transfer nilai baik pada anak? Pada ramadan, kita bisa mengisinya dengan menulis cerita anak pula, kan.

Oke, lanjut, ya. Sudah sejak beberapa bulan terakhir info lomba menulis cerita anak bermunculan. Ada aneka model cerita anak tersaji untuk diperebutkan hadiahnya. Ada yang berupa cerita anak, dongeng anak, cerpen dan dongeng dwibahasa, bermuatan konten umum, nilai tertentu, lokalitas, dan lain sebagainya. Lantas para pencinta bacaan anak akan berbondong-bondong mengikuti. Tips hari ini akan membawa kita pada pengetahuan yang perlu dipertimbangkan sebelum mengikuti lomba.

Menulis Cerita Anak untuk Lomba, Apakah Sesusah Itu?


menulis cerita anak untuk lomba

Perhatikan ketentuan peserta


Nggak asyik don sedtelah naskah terkirim, hasil perenungan sepenuh hati, tiba-tiba harus gagal bertanding karena tidak memperhatikan ketentuan peserta, entah dari rentang usia, alamat domisili, hingga profesi.

Belajar dari naskah pemenang


Mempelajari hal ini terbukti ampuh. Saya pernah merasakan hal ini ketika terpilih dalam seleksi peserta bimtek balai bahasa sumatera utara 2024. Saya belajar dari naskah teman yang menang pada tahun sebleumnya. Alhamdulillah, banyak mutiara literasi yang saya dapatkan dari keikutsertaan ini.

Cermati juknis


Setiap lomba akan memberikan ketentuan yang wajib dipatuhi. Setiap ingin mengikuti lomba dan saya berhadapan dengan deadline super tajam, saya menempatkan urusan juknis di awal. Misalnya saja, ketika membaca juknis, kia harus melampirkan materai. Nggak banget gagal ikut lomba karena persyaratan lomba gagal dipenuhi karena faktor teknis.

Stop umbar-umbar tanpa aksi


Ada pula tipikal penulis yang umbar info lomba sana-sini sementara ia sendiri nggak ngirim naskah satupun. Terus buat apa umbar-umbar? Bukankah ini sama dengan menambah saingan? Hehehe, urusan rezeki kita serahkan pada sang pemilik rezeki saja, ya. Salahnya di kita yang terkesan laksana lilin. Menerangi dan membiarkan dirinya mati.

Ikut kelas jawara


Jelang lomba dan saat periode lomba banyak penulis senior turun gunung untuk transfer ilmu. Nah, jangan lewatkan kesempatan ini karena banyak kelas gurih dibanderol dengan biaya miring, kok.

Tips menulis untuk lomba cerita anak memang banyak macam ragam. Pilih salah satu lomba yang menarik dan banyak sisi. Semangat, ya! (*)
Karunia Sylviany Sambas
Karunia Sylviany Sambas Saya adalah seorang tenaga kesehatan yang suka menulis, membaca dan mempelajari hal-hal baru. Alamat surel: karuniasylvianysambas@gmail.com

Posting Komentar